facebook twitter instagram

Udin's Angel

by: tayatumada

“Bukan tentang sampai ke puncaknya tapi tentang menaklukkan diri sendiri” 
_idntimes.com_

Kutipan diatas seperti menggambarkan diri kami waktu itu, walaupun tidak bisa sampai ke puncak, bisa mendaki gunung saja sudah merupakan halnya yang “waow” untuk kami yang awam soal “pergunungan” hehe. Bisa menaklukkan diri sendiri untuk tidak meyerah dengan keadaan yang dihadapi membuatku ingin mengapresiasi diriku waktu itu (good job taya hehe).

So let me continue the story ^-^


Baca juga : Perjalanan Penuh Warna di Semeru

Setelah makan siang dan beristirahat di Kalimati, kami pun bersiap-siap untuk balik ke Ranu Kumbolo dan menghabiskan malam terakhir kami di sana. Dengan melalui jalan yang sama yang dilalui saat ke Kalimati, perjalanan lebih terasa ringan waktu itu, mungkin karena carrier kami yang sudah semakin ringan haha, cuman sampah-sampah saja yang makin banyak dari sebelumnya. Di sepanjang jalan kami selalu melakukan apa yang pernah dilakukan oleh pendaki-pendaki sebelum kami, yang akan balik, yaitu memberi semangat para pendaki yang berpapasan dengan kami. “Semangat mbakk/mas dikit lagi nyampe” dengan senyum hangat dan perasaan bahagia. Mungkin seperti itu perasaan para pendaki yang memberikan semangat kepada kami waktu itu.

kalau diperhatiin hampir tiap foto pasti ada gula-gula milkita di tangan atau pun di bibir kami hahahha

Tiba di Ranu Kumbolo, kami dipertemukan kembali dengan Sul dan Samsul

Saya: Uul, Samsul sini yukk foto bareng.

Samsul: janga mbak, aku bau, belum mandi 3 hari

Saya: sama, kami juga bau, dan belum mandi 3 hari, sudah sini, ngga usah malu.

(Setelah berfoto bersama merekan pun pamit untuk melanjutkan pekerjaan mereka.)

Oshyn: nanti kalian nyari tenda kami yah sekitar sini, kita cerita-cerita lagi.

Samsul: iya mbak (pasang senyum malu-malu)
bareng uul dan samsul
Kami pun mulai mencari Mas Dik yang sudah tiba lebih dahulu dari kami, seperti yang sudah kami duga Mas Dik mengambil tempat yang jauh dari keramaian para pendaki yang lain, seperti saat malam pertama kami nginap. Karena ini adalah malam terakhir di Ranu Kumbolo, kami memutuskan berpisah dengan Mas Dik untuk mencari tempat yang ramai dan mencoba untuk berbaur dengan pendaki-pendaki yang lain dan menikmati malam terakhir itu.

Saat mencari lokasi tenda yang pas, di sini lah takdir mempertemukan kami dengan “The Crots genk” begitu kami menyebutnya (soalny salah satu diantara mereka sering banget ngomong “croots” hahah makanya kami nyebutnya the crots hahaha). Mereka adalah pendaki-pendaki lokal yang tinggal di daerah Malang dan sekitarnya. Mendaki gunung Semeru buat mereka seperti jalan-jalan ke Mall saat weekend. Bahkan salah satu diantara mereka ada yang baru tiba malam itu hanya untuk membawakan teman-temannya kayu bakar, WAOW hahahah.

Mas A: nyari tempat mbak? Sudah disini saja di samping tenda kami, masih kosong kok.

Oshyn: iya mas, jagain tempatnya yah aku nyari teman aku dulu.

Oshyn pun memberitahukan kami kabar tersebut. Salah satu diantara mereka ada yang menawarkan kami minuman jahe hangat (sumpah ini enakk bangett) dan yang lainnya membantu Aldi dan Adam untuk memasang tenda. Malam itu benar-benar malam yang paling menyenangkan sepanjang kami di Semeru. Bertemu dengan The Crots merupakan salah satu highlight yang membuat perjalanan kami lebih menyenangkan. Benar-benar penutup yang sangat membahagiakan.

Selain membantu memasangkan tenda, mereka pun menawarkanmi kami makan malam yang rasanya seperti berada di rumah makan saat berada di kota. Di sini lah pertama kalinya saya mencoba nasi jagung dan ini enakkk banget, bukan cuman nasi jagung saja, lauk, sambal dan semua yang mereka buat nggak ada yang ngga enak, semuanya superrr duperr eeenaaakkk. Kalau mau dibandingkan dengan makanan-makanan yang sudah kami buat selama berada di Semeru nggak bisa dibandikan dengan apa yang mereka buat hahahahahahha jauuuhhhhhh hahahahaha. 

Setelah menikmati our fancy dinner, kami pun menikmati malam yang bertabur bintang ditemani dengan api unggun, alunan musik para pendaki dan secangkir Hot Chocolate di Ranu Kumbolo. Sesekali bergumam mengucapkan puji syukur atas kenikmatan yang sudah Allah SWT berikan kepada kami waktu itu. Benar-benar bersyukur bisa diberikan kesempatan untuk melihat salah satu keindahan alam milikNYA.

Tidak lama kemudian hujan pun mulai turun di Ranu Kumbolo (cuaca di sana waktu benar-benar ngga bisa di tebak). Kami pun masuk ke dalam tenda, tidak lama setelah itu, Uul dan Samsul berhasil menemukan tenda kami, setelah mencari-cari dari sekian banyak tenda yang ada. Beneran nggak pernah terlintas dipikiranku kalau mereka bakal nyari tenda kami. Uul dan Samsul ini dua orang remaja yang tinggal di Ranu Pani, mereka masih berusia 17 tahun waktu itu. Bekerja sebagai porter merupakan pekerjaan sambilan mereka saat libur sekolah. Kami pun menghabiskan malam itu dengan berbincang-bincang dan mendengarkan curhatan Uul yang waktu itu meminta saran soal kisah asmara yang dihadapiny di sekolah hahahah.

Tidak pernah terpikirkan sebelumnya, bakal bisa seakrab ini sama mereka bahkan sampai beberapa tahun kami dari Semeru mereka masih sering mengirim SMS ke kami, hanya untuk sekedar menanyakan kabar. Bocah-bocah heheh, apa kabar yah mereka sekarang? Hehe.

Pagi terakhir kami di Ranu Kumbolo, di awali dengan kicauan dari “the crots”

Mas C: mbak mbak bangun mbakk, mbak mbak keluar mbak dari tenda, sarapan dulu mbak.

Mas A: mbak keluar mbak, ngapain lama-lama di tenda, sunrisenya cantik loh mbak, masa ke Semeru cuman tinggal di tenda saja.

Hahahah bergitu seterusnya sampai kami benar-benar keluar dari tenda. Dan benar saja, sunrise pagi itu sangattt cantik, Masya Allah. Seperti berada di dunia Teletubhies atau mungkin seperti gambar pemandangan yang dulu sering kita gambar saat masih kecil, dua buah gunung berdampingan dengan matahari terbit diantara gunung tersebut. Pemandangannya 100% mirip dengan gambar tersebut. Bahkan proses saat cahaya matahari sudah mulai terlihat di balik gunung dan kabut membuat pemandangan itu menjadi semakin cantikkk Masya Allah. Magic
foto ini beneran no filter pic dan nggak aku edit.
pose ini terinspirasi dengan film kungfu panda hahaha. Ini lagi nunguin mama Aldi masak spageti buat anak-anaknya haha 
Our last fancy lunch waktu itu, lagi-lagi dimasakin sama the Crots. Kami cuman menyodorkan semua sisa-sisa bahan makanan yang kami punya buat diolah sama mereka hahaha. Tugas kami cuman bantu-bantu cuci piring hehe. Jangan ditanya soal rasa makanan yang mereka buat, asliii lebihh enak dan lebih beragam dari semalam, dan nasi jagung tetap jadi favoritku hahaha. Saat itu pun, kami baru tau kalau dari awal perjalanan, mereka sudah memperhatikan kami. Dari Ranu Pani saat kami makan dan tidur dengan nyenyaknya di kedai bakso tersebut, mereka sudah memperhatikan kami bahkan memotret kami yang lagi tidur hahahah, untuk waktu itu saya pakai masker dan kacamata setidaknya wajahku saat tidur tidak terpampang nyata kwkwkwkkwkw.

akhirnya aldi nongol juga di foto hahah

Baca juga: Break the Limit at Semeru

Mas D: mbak, kami itu sudah merhatiin mbak dari Ranu Pani, mbak-mbak ini aurany beda dari cewek-cewek yang mendaki gunung.

Saya: (aura kasih kapang hahahah)

Mas C: kami sering ngasih kode ke mbak-mbak cuman nggak pernah digubris.

Oshyn: masa sih??? Kok kami ngga nyadar yah?

Mas A: kalau kami perhatiin mbak mbak ini benar-benar asik sama dunia mbak sendiri haha

Oshyn: untung pas nyari tenda, kita bisa ketemu lagi sama kalian hahaha

Cerita itu pun berlanjut sampai ke cerita saat kami gagal muncak. Mas Teguh adalah orang yang paling merasa sedih saat tau kami nggak bisa muncak.

Mas T: wuih sayang banget yah mbak, sudah jauh-jauh dari makassar tapi nggak sampe puncak, padahal kemarin aku juga bantuin dua cewe yang hampir nggak sampe puncak, aku tarik mereka pake tali, soalnya kasian kalau sudah jauh-jauh tapi nggak sampai puncak, coba kemarin kita ketemu pas diatas atau sebelumny pasti kami bantuin. (ucapan-ucapan mas Teguh ini sering banget doi ulang-ulang, bahkan sampai kami berpisah di pasar tumpang malam itu. Pokoknya mas teguh merasa menyesal nggak bisa bantuin kami buat sampai ke puncak ahahha)

Mas A: Lain kali, kalian kalau mau ke Semeru lagi hubungi kami-kami yah, mbak-mbak bawa perlengkapan pribadi aja, untuk tenda, makan dan lain-lain biar kita-kita yang nyiapin.

(Keinginan untuk bisa balik lagi ke Semeru pun jadi makin kuat waktu itu. Walaupun sampai detik ini belum bisa terrealisasikan hahahha)

Kami pun bersiap-siap untuk pulang, jalur yang kami ambil waktu itu lewat gunung ayak-ayak ngikut dengan jalur yang diambil sama the crots ini. Katanya jalur ini lebih cepat dari jalur yang kami ambil saat datang, tapi lebih terjelal. (Walaupun nggak sampai di puncak Mahameru, paling nggak udah pernah sampai di puncak gunung ayak-ayak ahahahhaha *pikirku saat itu)


Perjalanan pulang kami pun jadi lebih ringan soalny carrier kami dibawain sama mereka (ini mereka sendiri loh yang nawarin, aku mah iya iya aja pas ditawarin haahah). Sungguh ku tak bisa berkata apa-apa lagi. Mereka ini asli baikkk bangettt. Dan Allah baik banget sama kami karena mempertemukan kami sama mereka. Mereka benar-benar bantuan besar yang dikirimkan oleh Allah untuk kami waktu itu.

Perjalanan ke Semeru waktu itu, benar-benar sebuah perjalanan hati. Tiap kali ada sesuatu yang bikin “pegal-pegal” hati kalau dibiarkan numpuk pasti ada saja sesuatu yang bakal saya/kami hadapi, sesuatu yang membuatku selalu berpikir untuk menyerah. Setelah mencoba untuk berdamai dengan keadaan dan diri sendiri, mencoba untuk mengobati hati atau menaklukkan diri sendiri, perjalanan kami waktu itu pun menjadi lebih indah dan menyenangkan. Sebuah perjalanan yang mungkin tidak akan bisa saya lupakan. Perjalanan yang mengajarkanku banyak hal tentang kehidupan. Salah satunya adalah “Jika kamu ingin mendapatkan atau melihat sesuatu yang mengagumkan maka keluarlah dari zona nyamanmu”.

The end.

xo
TayaTumada 
23.56 No komentar

Pagi itu, Matahari pagi mulai menyapa kami yang masih pengen leyeh-leyehan di dalam tenda. Udara dingin di Ranu Kumbolo membuat kami malas untuk bergerak. Rasanya pengen terus berada di dalam sleeping bag. Aas yang sudah siap lebih dahulu, menyapa dan menanyakan kabar kami. Cerita semalam pun kami ulang lagi untuk mereka (Aas, Aldi dan Lea).

Baca juga: Sebuah Perjalanan Hati di Semeru

Aldi yang baru tahu kondisi kaki Pea langsung berubah jadi Kang Urut pro heheh. Kekhawatiran kalau Pea nggak bakal melanjutkan perjalanan ini pun sirna karenanya. Aldi ini bener-bener multitalent sekali, jadi kang masak jago, kang foto lebih jago lagi, ehh jadi kang urut pun doi jago “mantullll”. Untung aja waktu itu kami ngajak Aldi buat ikutan ke Semeru, kalau nggak ada doi, nggak tau deh gimana jadiny perjalanan kami ini. Pokoknya Aldiii is The Best lahh..

Sebelum melanjutkan perjalanan menuju Kalimati (tempat kami nginap selanjutnya, sebelum muncak). Kami pun mulai siap-siap. Sarapan plus makan siang kami waktu itu sungguh ala kadarnya, nasi yang nggak matang menyeluruh dan sosis. Jangan ditanya kenapa, yang masak aja bingung hahah. Segala urusan masak-masak kami serahkan ke mak Aldi dan eonni Oshyn. Saya??? Tugas saya cuman membantu semampunya plus cuci piring hahaha. Melihat kondisi brunch kami yang mungkin agak ngenes menurut orang-orang yang liat secara langsung, membuat tetangga kami prihatin dan menawarkan sisa makanannya yang masih ada. Nggak sampai 5 menit semuanya ludess dan bersih, begitu pun dengan nasi mentah kami hhehhe. Aldi pun bertekad untuk membuat masakannya jadi lebih baik lagi.

Kami pun melanjutkan perjalanan kami. Sebelum sampai di Kalimati, ada beberapa titik yang harus kami lewati, yang pertama adalah Tanjakan Cinta. Yang menurut orang-orang atau berdasarkan buku 5 cm yang saya baca, konon katanya kalau kita melewati tanjakan cinta ini, tanpa berbalik ke belakang dan sambil memikirkan orang yang kita sukai, katanya apa yang kita harapkan bakal terwujudkan. Percaya atau tidak semuanya ada di tangan anda hehe. Saya?? Tentu saja saya tidak percaya, tapi waktu itu saya melewati Tanjakan Cinta sambil memikirkan seseorang yang tidak mungkin saya miliki. Siapa dia? Dia adalah Oppa, Oppa gangnam style hahahahahahhahahaha.
setelah melewati tanjakan cinta

Setelah melewati Tanjakan Cinta, yang kalau diliat dari bawah seperti “mmmm B aja” dannn pas dilalui *fiuhhhhhhh mayan yahhh. Lumayan sangat menguras tenaga ek yang pemula ini hehe. Mungkin ini yang jadi penyebab “takhayul-takhayul” tersebut muncul, biar jadi penyemangat pas nanjak di Tanjakan Cinta. Setelah berhasil menaklukkan Tanjakan Cinta, kami pun disuguhkan dengan pemandangan Padang padang rumput yang sangat indah, tempat ini dinamakan Oro-oro Ombo. Kami cukup beruntung waktu itu, bunga Lavender lagi pada mekar dengan indahnya.



Selanjutnya, kami memasuki hutan cemara yang dinamakan Cemoro Kandang. Setelah melewati Cemoro Kandang, kami pun tiba di Jambangan dengan ketinggian kurang lebih 2600 mdpl. Di jambangan ini tempat biasa edelweis tumbuh, sayangny waktu itu kami kurang beruntung, belum bisa melihat bunga edelweis. Dari sini masih ada sekitar 2 km lagi untuk sampai di Kalimati, tempat kami akan beristirahat sebelum muncak di Mahameru. Di tengah perjalanan kami bertemu dengan sepasang Pendaki yang membawa anak-anaknya yang masih berusia sekitar 8-9 tahun dan yang satunya balita. Saya yang tadinya sudah mulai lelah, langsung on fire lagi pas liat bocah-bocah yang masih segar bugar itu. “masa na kalahko ini ana-ana taya” pikirku waktu itu.

Setelah berbincang dan berpamitan dengan keluarga tersebut kami pun mulai mempercepat langkah kami, mengingat Matahari sudah ingin berpamitan dan Kalimati pun belum terlihat letaknya.
Waktu itu kami tiba di Kalimati kira-kira pukul 7 atau 8 malam. Dari kejauhan sudah terlihat kerlap kerlip headlamp para pendaki yang sudah mulai mendaki ke Mahameru.

Mas Dik: mbak liat di sana (sambil menunjuk ke arah puncak Mahameru). Itu cahaya lampu yang sudah mulai muncak terlebih dahulu, sepertinya besok bakal lebih ramai lagi. Kita harus istirahat lebih awal mbak biar besok bisa mulai muncak jam 12 malam nanti. blablablabla

Saya cuman bisa menganggukkan kepala dari semua yang Mas Dik katakan, berusaha agar terlihat fokus dengan apa yang dia ucapakan, walau sebenarnya mata saya lebih fokus menatap cahaya lampu-lampu yang dari kejauhan terlihat seperti cahaya bintang yang berjejer ngantri untuk sampai di tujuan mereka.

Setelah makan malam, bersih-bersih, kami pun langsung istirahat. Perasaan saya waktu itu campur aduk, antara nggak sabar pengen cepat-cepat muncak dan takut. “bisa ngga yah? Bakal aman-aman saja kan?? blablablabla” pertanyaan-pertanyaan tersebut mulai memenuhi kepala saya dan berusaha saya tepis dengan mengingat kembali tujuan utama kami Semeru dan segala usaha dan perjuangan yang sudah kami lalui untuk bisa sampai ke sini. Ada satu hal yang saya ingat dan menjadi penguat saya malam itu bahwa “apa yang kamu pikirkan, itu yang akan Allah berikan. Jadi cobalah untuk selalu berprasangka baik dengan Allah”. Saya pun mengganti kalimat negatif tersebut dengan kalimat positif. “pasti bisa lah taya, mahameru tinggal dikit lagi bisa kamu gapai, salto 5 kali sudah sampai kok (heheh) dan Insya Allah semuany bakal aman”. Kalimat-kalimat ini terus terulang sampai saya berhasil terlelap malam itu.

Pukul 12.30, Mas Dik pun membangunkan kami, telat setengah jam dari yang dijadwalkan. Saya, Aas, Lea, ,Oshyn, dan mbak Asma  pun mulai bersiap-siap. Waktu itu semua tas kami simpan ditenda, cuman mas dik dan temannya saja yang membawa ransel kecil untuk kebutuhan kami selama perjalanan ke Mahameru. Aldi memutuskan untuk tidak ikut muncak dan tinggal di tenda menjaga Pea yang masih cedera waktu itu. Sebelum berangkat, kami berdoa bersama dan mulai melangkahkan kami menuju Mahameru.

Suara angin semriwing dan jangkrik jadi ost perjalanan kami waktu itu. Kami pun  jadi lebih diam dan fokus saat memasuki wilayah Arcopodo, sesekali berbalik ke belakang untuk menanyakan kondisi yang ada ada di bekalang kami. Medan perjalanan kala itu lebih sulit dari perjalanan-perjalanan kami sebelumnya. Lebih menanjak, curam, berdebu, dan kondisinya tanah tidak stabil dan mudah longsor, jadi kami harus ekstra hati-hati, salah jalan sudah bhay, bisa-bisa jatuh ke jurang, dan hal ini hampir dialami oleh oshyn yang hampir jatuh ke jurang karena terpleset, untuknya dengan singap kami langsung menahannya. Dengan cahaya seadanya saya langsung menyenter ke arah tempat oshyn jatuh, dan syok ternyata dekat situ ada lubang yang langsung ke jurang *fiuhh.

Dari kejauhan jejeran cahaya lampu itu semakin ramai, rumor yang mengatakan bahwa lagi ada kemacetan lalu lintas di Mahameru pun sudah sampai di telinga kami. Setiap pendaki yang melewati kami pasti selalu berkata “di atas macet mbak, nggak bisa gerak”. Pendaki-pendaki tersebut adalah beberapa dari banyak pendaki yang menyerah untuk sampai ke Mahameru. Mereka menyerah karena jika tidak bergerak udara dingin jadi lebih terasa dingin. Hipotermia menjadi ancaman yang menakutkan dan mereka pun memutuskan untuk balik ke tenda mereka.

Kami tetap melanjutkan perjalanan, walau sebenarnya kami sudah mulai ragu untuk melanjutkan perjalanan ini. Di tengah perjalanan, terlihat kumpulan porter yang sedang menghangatkan diri di api unggun yang mereka buat. Mas Dik pun memutuskan untuk istirahat sejenak dan berujung pada gagalnya kami untuk sampai ke Puncak Mahameru.

Sambil menghangatkan diri, Mas Dik mulai bertanya dengan porter-porter tersebut tentang kondisi di bukit pasir menuju Mahameru. Para porter itu menyarankan kami untuk tidak melanjutkan perjalanan kami karena macet yang konon katanya baru terjadi di Gunung Semeru. Semua karena banyaknya pendaki yang berkunjung ke Semeru waktu itu setelah berbulan-bulan ditutup.

Kami pun, saling bertatapan dan sudah bisa membaca apa yang ada di pikiran kami masing-masing, yaitu tidak melanjutkan perjalanan ini. Keinginan untuk bisa sampai ke puncak Mahameru pupus sudah. Sedih, itu sudah pasti, sudah jauh-jauh datang tapi nggak bisa sampai ke Mahameru rasanya….. “ahhh sudah lah belum rejeky" (berusaha untuk mehibur diri).

Mencoba untuk tidak membiarkan perasaan sedih itu menghancurkan perjalanan kami. Saat Matahari sudah mulai muncul, kami pun memutuskan untuk melanjutkan perjalanan sampai ke batas wilayah vegetasi dan bukit pasir untuk bisa lebih dekat lagi dari puncak Mahameru. Jika tidak bisa sampai ke puncak setidaknya bisa melihat lebih dekat lagi puncak yang tidak bisa kami gapai itu. kami (saya, Aas, Lea, Oshyn dan mba Asma) pun memutuskan melanjutkan perjalanan kami tanpa di temani mas Dik yang lagi tertidur lelap. Teman mas Dik pun ikut dengan kami, saat kami singgah untuk beristirahat mas B ijin untuk berangkat lebih dulu.

Mas B: mbak aku diluan yah, kali aja masih keburu. Bisa sampai.

Saya: iya mas diluan aja, nggak papa, nggak usah ikutin kami.

Di perjalanan ini lah, kami bertemu dan kenalan dengan 2 porter remaja, Uul dan Samsul. Melihat mereka dengan lincahnya bisa bolah balik di sekitaran arcopodo membuat kami iri.

Aas: eh kalian yang tadi kan yang ada di api unggun? Kalian sudah sampai puncak yah?

Uul: sudah mbak 2 kali

Saya: seriusan?? Masa sih..

Samsul: iya mbak dekat kok.. (sambil memasang senyum malu-malunya) diluan yah mbak.

Mereka pun melanjutkan perjalanan mereka sambil kejar-kejaran satu sama lain
“Wadduh nih bocah keknya belajar jalan di gunung deh hahah” pikirku.

Untungnya kami masih bisa menikmati pemadangan negeri di atas awan dari pinggir tebing Arcopodo. Yang mungkin akan lebih cantik lagi jika di lihat dari puncak *fiuhhh.
Setelah sampai di batas wilayah vegetasi. Sambil menatap puncak yang sudaahh jauh lebih dekat di mata, sayapun bergumam dalam hati “kami ngutang dulu yahh nanti kalau ada rejeky, Insya Allah bisa ketemu kamu lagi”. Dan saya yakin, Aas, Lea dan Oshyn pun pasti memiliki percakapan dalam hati yang sama dengan saya waktu itu hehehe.
di antara batas vegetasi dan bukit pasir

Setelah menikmati pemandangan di sekitar, kami pun balik ke tenda.

Ost kami waktu itu adalah lagu India. Di sepanjang jalan Arcopodo, kami bertingkah seolah-olah lagi syuting MV India sambil menyanyikan ost Kuch-Kuch Hotahai dan beberapa film India lawas. Cuman bermodalkan pohon-pohon yang ada dengan pedenya kami berjoget dan bernyanyi dengan suara sumbang hahahhaha. Beberapa rombongan pendaki yang melewati kami pasti berkata “wahh mbak mbak ini semangat skali yahh (sambil menertawakan tingkah kami yang mungkin sedikt seperti orang gila hahahah). Nyanyi-nyayi nggak jelas tersebut menjadi salah satu cara untuk menghibur diri kami waktu itu hahahahhaha.

Bersambung

xoxo
tayatumada
23.49 No komentar
“A journey is best measured in friends, rather than miles.” – Tim Cahill
Ada yang bilang “Layaknya petualangan, bukan seberapa jauh dan lama kamu menempuh perjalanan, melainkan seberapa asyik dan serunya teman-temanmu dalam perjalananmu itu. Dari sini kamu bisa belajar seperti apa watak dan karakter mereka.”
Seperti perjalanan kami ke Semeru pada waktu itu. Setelah berdoa bersama perjalanan kami menuju Ranu Kumbolo di mulai.
Baca juga : Break The Limit at Semeru
Maaf kualitas fotonya sangat jellek maklum ini ambilny pake kamera hp aja :D
Langkah demi langkah kami lalui dengan perasaan campur aduk, sesekali bercanda, ngecek keadaan hati alias perasaan. Konon katany mendaki itu perjalanan hati, jadi kalau hati kita baik-baik saja, Insha Allah semuanya akan baik-baik saja. Sampai-sampai tiap beberapa menit, kami suka ngecek keadaan hati masing-masing hahhah. “gimana hati aman? Amannnn.. oke lanjutt” seperti itu yang selalu kami ucapkan hahah. OST yang selalu kami nyanyikan sepanjang jalan kenangan itu adalah lagu Ninja Hattori. “mendaki gunung lewati lembah sungai mengalir indah ke Samudra bersama teman bertualangg” begitu seterusnya dan sesekali menyapa dan saling memberi semangat kepada beberapa pendaki yang berpapasan dengan kami.
“ayok mbak semangatt dikit lagi sampee, udah dekat kok”
Kalimat tersebut yang selalu dilontarkan oleh para pendaki yang berpapasan dengan kami. Walupun sebenarnya Ranu Kumbolo masih sangat jauh, tapi kalimat positif tersebut benar-benar memberikan kekuatan untuk kami yang masih pemula ini.
Setelah beberapa jam berjalan, mas Dik merasa dia harus bergegas untuk berjalan lebih dulu agar bisa mengambil tempat yang pas buat pasang tenda nanti, karena ada sangat banyak pendaki yang mendaki pada hari itu. Mas Dik takut kalau kami nggak dapat tempat yang baik. Kami pun mengiyakan dan mas Dik menitipkan kami dengan temannya mas B (sampe hari ini namanya aku belum ingat-ingat juga hahah maap). Waktu itu kalau saya tidak salah ingat mas Dik jalan bareng Lea dan disusul dengan Aldi dan Aas. Jadi rombongan yang paling akhir tersisa mas B dan teman-temannya, mbak isma, saya, Oshyn, Pea, dan Adam. Dan dari sinilah sebuah musibah atau masalah bermula.

Menjelang magrib tiba-tiba Pea tersandung akar pohon yang menyebabkan kakiny keseleo. Pea adalah orang yang paling semangat diantara kami, disepanjang jalan dia tidak pernh berhenti untuk bernyanyi, lari-larian bahkan sampe jingkrak-jingkrak dengan cariernya yang sudah pasti berat. Saya saja heran dan berpikir “nih anak dapat kekuatan dari mana yah??”. Setelah musibah tersebut sempat terlintas dipikiran saya “mungkin ini yang orang tua kami selalu bilang, kalau mau ke daerah orang jangan lupa beri salam dan jangan kajilijili alias berlebihan”. Karena menurut Pea, dia benar-benar tidak melihat ada gundukan akar pohon di jalan tersebut.
sebelum negara api menyerang :D
Setelah musibah tersebut tentu saja langkah kami jadi semakin lambat, karena merasa menjadi penghalang orang-orang yang jalan di belakang kami, kami pun memutuskan agar mereka jalan lebih dulu. Waktu itu mas B dan temannya jalan lebih dulu, yang ada dipikiran saya dia akan menunggu kami di suatu titik setelah semua pendaki lewat. Tapi kenyataannya tidak, yang tersisa hanya saya, pea, adam, oshyn, dan mba Isma. Lima manusia yang sepanjang hidupnya baru melakukan kegiatan yang namany mendaki gunung, Lima manusia yang sama sekali buta jalan. Kalian bisa membayangkan betapaaaaaa keseeellnya kami waktu itu. Dan parahnya semua kekesalan itu, kami lampiaskan ke Adam (so sorry dam :( ), padahal Adam hanya berusaha untuk melindungi kami. Tapi waktu itu rasanya kesel aja sama Adam soalny doi dikit-dikit berhenti balik belakang buat ngecek, jadinya suka tabrakan sama Oshyn. Padahal sudah berkali-kali dibilangin:

Oshyn: (dengan nada pake urat :D) Dam kamu jangan dikit-dikit berhenti dong, tugas kamu cukup jalan aja di depan liat kondisi jalan kalau ada lubang atau jalannya kenapa-kenapa cukup ngomong aja ngak usah dikit-dikit berhenti. Nanti biar aku yang kasih cahaya lampu ke anak-anak dibelakang.

Adam: aku cuman mau ngecek keadaan kalian aja.

Taya: (dengan nada pake urat juga :D) iya Damm tau kamu niatny baik tapi kalau kayak gini kita jalannya jadi makin lambat.

Adam: (ngambek) yah sudah kalau kalian kenapa-kenapa aku nggak mau peduli lagi (tapi ini cuman omongan aja soalnya sepanjang jalan doi tetap ngecek keadaan kami dan pasrah aja diomelin hahaha Dam ohh Adam, maafin kami yang sangat sensi waktu itu :D)

Selain ditinggal, kami pun kekurangan headlamp. Kalau saya tidak salah ingat hanya Adam dan Oshyn yang menggunakan headlamp waktu itu, punya saya dipakai sama siapa aku lupa, dan punya Pea sudah redup dan baterai tidak ada di tas kami. Kurang sialll apa coba ckckck.

Selain itu ada kejadian yang agak horor yang menimpa saya. Waktu itu kami sudah tiba di sebuah tempat yang memiliki jalan yang bercabang, ada yang lurus dan ada yang turun ke bawah. Kami pun berhenti sejenak karena bingung harus lewat mana, mencoba menunggu para pendaki yang lain yang kali aja ada di belakang kami, sambil teriak-teriak manggil nama Mas Dik berharap ada jawaban dari dia. Soalny dikejauhan kami sudah bisa melihat banyak cahaya lampu dari para pendaki yang sudah tiba lebih dulu di Ranu Kumbolo, tapi ternyata teriakan itu sia-sia saja tidak ada jawaban dari mas Dik dan tidak ada satu pun pendaki yang lewat, bisa dibilang kami adalah rombongan terakhir malam itu yang tiba (mungkin). Kami pun memutuskan untuk mengambil jalan lurus, sambil sesekali saya ngecek di belakang saya berharap bisa melihat jejak-jejak pendaki yang akan lewat. Setelah berkali-kali ngecek, tiba-tiba ada satu cowok dibelakang saya dan jarak kami lumayan sangat dekat, saya pun bertanya:

Taya: mas ini jalanny udah benar?

Masnya: *hanya mengangguk saja

Taya: makasih mas

Saya pun memberitahukan ke anak-anak yang lain, bawah jalan yang kami ambil sudah benar, dan kembali melanjutkan perjalanan kami. Kemudian saya balik ke belakang lagi untuk melihat mas yang tadi, tapi ternyata di belakang saya tidak ada siapa-siapa. Dalam hati saya cuman ngomong “wuihh manami itu masnya?? Masa nda adaki dibelakangku?? Siapa are’mi itu tadi ku tanya?”. Saya pun berusaha menepis pikiran negatif itu dan tidak memberitahukan ke yang lain. “di tendapi deh ku ceritakan ini ana-ana” pikirku saat itu.

Tidak lama kemudian kami akhirnya bertemu dengan mas B, yang ternyata menunggu kami di “pintu masuk” Ranu Kumbolo. “ihh apa poeng sampe meki baru ko tunggung ki, bajiki” dalam hati saya ngomel-ngomel sendiri.

Sambil menunggu mas Dik yang mencari kami di Ranu Kumbolo (waktu itu kami sudah tidak sanggup buat mencari mas Dik dan pasrah aja, berharap mas Dik benar-benar mencari kami). Kami pun berbaring bersandarkan tas kami, mencoba mengatur napas, memperbaiki hati, sambil memandang keindahan langit yang bertaburkan bintang di Ranu Kumbolo pada malam itu. Pemandangan yang sangat indah dan hawa yang dingin-dingin manja mampu membuat kami untuk melupakan kekecewaan kami sejenak. (Ahhh akhirnya tiba juga di Ranu Kumbolo, kirainn tadi bakal nyerah di tengah jalan, fiuhhhhh).

Tidak lama kemudian mas Dik berhasil menemukan kami dan menuntun kami ke tempat kami akan tidur dan bergosip pada malam itu. Waktu itu, Aas dan Lea sudah beristirahat terlebih dulu, dan sempat terbangun saat saya masuk ke tenda mereka. Karena sudah sangat lelah saya memutuskun untuk menceritakan semuanya besok pagi kepada mereka. Saya, pea, dan oshyn tidur di tenda yang satunya lagi. Sebelum tidur kami mencoba flash back kejadian yang baru saja kami alami sambil ngomel-ngomel tapi diakhiri dengan lawakan yang receh.

Taya: bisaku tadi di’ bopongki Pea sambil bawa dua tas, dapat kekuatan dari mana are’ka tadi hahah

Oshyn: nda sia-sia ko selalu bonceng Lea sama angkat galon waktu di Pare hahah

Pea: iyo kodong capeknya mi pasti kaka taya.

Taya: we miring ki tanahnya ini tempatnya tenda ta, di pinggir danauki poteng

Pea: jan mamiki kaget kalau besok pagi ada meki mengapung di danau hahahhaa

Lawakan receh itu pun berhasil mengobati “sedikit” sakit hati kami waktu itu, dan berharap besok jadi lebih indah sampai perjalanan kami di Semeru berakhir. Satu hal yang pasti, waktu itu kami sudah bisa sedikit menilai karakter para guide-guide kami, hmmmmm.

Bersambung


xo
tayatumada
22.49 8 komentar
Perjalanan kami menuju Malang waktu itu sama seperti sebelum-sebelumnya, yaitu dengan naik bus Puspa Indah. Bedanya, kali itu kami tidak menunggu di pinggir jalan seperti yang biasa dilakukan. Kami langsung ke Terminal bus tempat bus Puspa Indah mangkal, karena waktu itu barang kami sangat banyak. Rencananya sehabis mendaki Gunung Semeru kami bakal langsung balik ke Makassar, jadi semua barang-barang kami selama tiga bulan tinggal di Pare ikut di angkut ke Malang.

Setibanya di Malang, kami langsung singgah di kostan Dila (teman kami), untuk nitip barang. Sehabis itu kami langsung ke tempat penyewaan peralatan mendaki yang kebetulan tidak jauh dari kostan Dila. Malam itu semua barang-barang yang akan kami bawa untuk mendaki di packing di kostan dila dengan bantuan Febri,Aldi dan Mas Dik “guide kami” (akhirnya udah ingat namanya berkat Aas hehe).

Baca Juga: A Few Weeks Before

Setelah packingan selesai kami langsung pamit sama Dila untuk berangkat ke Tumpang tempat kami akan nginap malam itu. Barang-barang yang tidak dibawa untuk mendaki kami titip di Febri, soalnya pada saat turun gunung nanti Dila sedang keluar kota, jadi semuanya dititip di Febri (thank u loh Feb :D). Waktu itu kami nyewa angkot untuk berangkat ke rumah kerabat mas Dik di daerah Tumpang. Sampai di tempat penginapan kami pun kenalan sama teman-teman mas Dik yang akan ikut mendaki bersama kami, mas A (namanya lupa lagi hehe) dan mbak Isma namanya.

Ke esokan paginya, saya, Isma, Aldi dan mas Dik berangkat ke Pasar Tumpang untuk membeli bahan makanan. Kondisi Pasar Tumpang pagi itu sangat ramai, ada banyak pendaki-pendaki yang berkumpul disana, bahkan satu-satunya alfamart terdekat yang ada di daerah itupun, barang-baranya banyak yang habis. Aku sempat nanya ke Mas Dik:

Taya: Mas ini rame bangett yahh, banyak banget yang mau mendaki

Mas Dik: iya Taya, soalnya ini kali pertama Gunung Semeru kembali dibuka untuk para pendaki setelah beberapa bulan ditutup.

Taya: wahh pasti bakal rame banget yanh nanti di sana mas (mulai agak khawatir)

Setelah berbelanja di Pasar Tumpang, kami pun langsung mencari Alfamart tempat kami janjian dengan yang lainnya untuk beli air minum, cemilan, obat-obatan dan sarapan (kebetulan di samping Alfamartnya ada tenda-tenda warung makan, jadi skalian sarapan di situ). Setelah semuanya selesai, kami kembali ke penginapan untuk siap-siapa berangkat ke Ranu Pani. 

Kira-kira pukul 9/10 waktu setempat kami berangkat ke Ranu Pani dengan menggunakan mobil pick up. Lagi-lagi mobil pick up yah guys bukan mobil jip yang kayak di film 5 cm hahah. Budget nya g cukupp shayyy hahahah. But so far, we enjoyed it very much hahah. Di sepanjang jalan kami disuguhkan dengan pemandangan yang luar biasa Indahnya, Masha Allah. Sesekali kami meminta sama pak sopir untuk mengurangi laju kendaraan hanya untuk menikmati pemandangan di sekitar.

Rasa senang dan degdegan menyelimuti hati kami waktu. Senang karena diberi rezeky kesehatan, kesempatan sama Allah untuk bisa mewujudkan salah satu mimpi kami, dan degdegan karena ini kali pertama bagi kami untuk melakukan kegiatan yang namanya mendaki. Ada banyak kekhawatiran / ketakutan yang saya rasakan waktu itu.  Saya sempat ngomong ke Aas, Lea, Oshyn, dan Pea, kira-kira seperti ini percakapan kami.

Taya: bisa jeki?? Beratnya lagi ini tas ta’ (klo aku tidak salah ingat tas kami waktu itu adalah tas carrier 60 L, soalnya sisa tas yang ada cuman yg itu aja)

Aas: Insha Allah bisa jeki

Lea: iya Insha Allah bisa jeki berdoa meki saja

Oshyn: masa angkat galon saja bisa baru ini tasji na tidak bisaki. Pasti bisa

Aas: klo memang nda bisaki sewa meki saja porter.

Pea: ayo kakak-kakak, semangattki semua (dengan senyum khasnya)
ini masih ngetes berat tas, tp pake tasnya Aldi :D


Rasa khawatir itu pun mulai sedikit berkurang, berkat mereka. Saya yakin, sebenarnya mereka juga merasakan apa yang saya rasakan tapi berusaha dihilangkan dengan pemikiran-pemikiran positif. Berusaha agar si nethink ini tidak menguasai pikiran dan hati mereka. Saya pun sangat bersyukur bisa melakukan perjalanan ini bersama mereka. (Terima kasih ya Allah)

Sampai di Ranu Pani, tempat titik awal para pendaki sudah mulai sangat ramai, bahkan Mesjidnya pun sudah penuh dan harus antri. Sambil menunggu Mas Dik ngantri di Post untuk ijin mendaki dengan membawa berkas-berkas kami, kami pun langsung ke Mesjid untuk Shalat dan berdoa semoga perjalanan kami dimudahkan dan dilancarkan. Sehabis shalat saya dan Aas melihat ada banyak pendaki cewe’ yang hanya membawa tas ransel kecil tidak seperti tas kami. Sempat terpikirkan untuk menyewa porter tapi waktu itu Aldi ngomong:

Taya: Rul liatko tasnya itu cewe ee ransel kecilji

Aas: iyo taya ku liatji juga itu tadi, sewa porter meki?

Taya: kw ji menurutmu bagaimana?

Aas: Aldi sewa porter meki deh

Aldi: jangan mi, pikirki sayang uangnya terus nanti pasti ada hal lain yang bisa kalian ceritakan dari ini. Yakinja pasti bisa jeko semua, kalau nanti pas diperjalanan kalian capek, istirahat meki saja, jalan santai saja, tidak usah buru-buru.

Kami pun tidak jadi untuk menyewa porter dan memutuskan untuk menikmati setiap detik dari perjalanan kami dengan hati riang gembira. Sambil menunggu Mas Dik yang masih ngantri (soalnya antriannya panjang banget, banyak banget yang mau mendaki waktu itu), kami pun mengahabiskan waktu untuk menunggu di warung bakso, makan siang dan sempat tertidur pulas di warung bakso tersebut (kebiasaan dari pesantren terbawa sampai ke Ranu Pani haha “tidur dimana saja” hahah).

Tidak lama kemudian Mas Dik datang dan memanggil kami untuk berkumpul dan berdoa sebelum memulai perjalanan menuju Ranu Kumbolo.
Adam, aku, Pea, Aas, Oshyn, Lea, Aldi (Maaf yah kualitas gambarnya jelek soalny ini fotonya pake camera hp sj hehe)
Bersambung

xo
TayaTumada
16.03 19 komentar
Banyak orang yang bilang “usaha yang keras disertai dengan doa yang banyak, Insha Allah tidak akan menghianati hasil” dan kalimat tersebut benar banget. Ini yang saya alami kemarin. Sebelum saya memutusan untuk ikutan dalam giveaway tersebut, ada banyak hal yang memenuhi pikiran saya, salah satunya adalah perasaan takut, takut dengan pemikiran orang-orang kepada saya soalnya saya merasa kalau ikutan giveaway tersebut mungkin saja saya yang paling tua diantara semua orang yang ikutan haha. Tiba-tiba ada yang ngomong “emang kenapa kalau udah tua? Toh kamu nggak tua-tua amat kok, masih muda malah, terus di giveaway itu nggak ada syarat usianya kak? Ikutan aja dulu menang atau tidak itu urusan kedua. Kapan lagi punya kesempatan di folback sm idola kamu??” (yang ngomong ini adalah perasaan narsis yang ada dalam diri saya hahahahahhahaah). Selain itu sahabat-sahabat saya juga selalu bilang “ kamu nggak ikutan, yakin nggak bakal nyesel??” (sambil dikirimin capturean pemenang-pemenang yang udah difolback sama Kak Belva). Akhirnya saya pun memutuskan untuk ikut.

Hal pertama saya lakukan sebelum ikutan adalah ngecek #nya belvadevaragiveaway. Melihat hal-hal apa saja yang sudah dilakuin sama pesaing-pesaing saya, di sini saya nggak ingin nyontek apa yang sudah mereka buat saya hanya mencoba untuk mencari ide untuk membuat sesuatu yang belum dibuat sama para pesaing tersebut. Saya pun memutuskan untuk membuat blog post.

Baca Juga : #BELVADEVARAGIVEAWAY

Kenapa di blog? Soalnya pertama belum ada yang melakukan hal tersebut, kedua karena saya anaknya suka bercerita, dan kalau mau bercerita panjang lebar lebih enak di blog. Makanya saya memilih untuk menulis di blog saja. Hal kedua yang saya lakukan adalah memposting tulisan saya sebanyak-banyaknya di ig story. Di sini saya mencoba untuk membuat sesuatu yang eye catching, beda dengan postingan di igs yang selalu saya buat dan bertema. Jadi kalau postingan saya bisa di notice sama kak belva, bisa ketahuan klo ini postingan saya.

Untuk membuat template igs, saya dibantu sama sahabat saya Aas (thank u As^^). Dari template tersebut saya memasukkan tulisan terbaru yang saya buat dan berbeda dari postingan saya di blog, tapi di templatenya ada latar tulisan saya di blog.

ini adalah salah satu template yang dibuatkan oleh Aas dan disetiap template itu ada judul cerita atau highlight dari yang ini saya tulis

Hari pertama setelah saya mengupload semuanya. Nama saya belum tertera di pengumuman. Tapi saya tidak menyerah begitu saja, namanya juga baru ikutan, nggak mungkin langsung menang kan ahhah. Hal selanjutnya yang saya lakukan adalah masuk ke grup-grup yang saya punya di sosmed dan meminta bantuan mereka untuk mempromosikan tulisan saya. Biar nanti di #belvadevaragiveaway makin rame dengan postingan-postingan mereka dan makin mudah untuk di notice sm Kak Belva. Jadi seharian penuh itu yang saya lakukan ada nge-repost postingan teman-teman saya biar jadddiii makin ramai kayak di pasar hahah. Waktu itu saya melihat pengumumannya pukul 3 dini hari dan nama saya belum ada. Karena sudah terbangun saya pun memutuskan untuk shalat tahajjud minta petunjuk buat ngapain lagi. Selesai shalat, sambil nunggu waktu shalat subuh, tiba-tiba saya kepikiran buat video stop motion seperti yang dulu pernah dibuat bersama Wildha dan Aas untuk ucapan ulang tahun Oshyn dan kakak ipar saya pun menyarankan demikian.

Karena ada yang harus saya kerjakan waktu itu, jadi persiapan untu membuat videonya belum saya lakukan dan saya pun hanya ngerepost story-story kemarin. Hari ketiga, Kak Belva mengumumkan kalau dia nggak sempat untuk melihat dan menentukan pemenangnya jadi pada hari keempat saya ikutan giveawaynyaa bakal ada dua nama yang akan dipilih sama dia, yang satu dilihat dari postingan di feednya satunya lagi di igsnya. Saya pun memutuskan untuk membuat video tersebut hari itu, menurut saya ini adalah kesempatan emas buat saya.

Waktu itu saya ngajak Aas dan Lea untuk ketemuan sekalian minta bantuan mereka sekali lagi, karena Aas nggak bisa, jadinya cuman saya dan Lea saja. Setelah saya sudah membuat semua properti yang akan digunakan, kami pun mulai mengambil photo melalui hpnya Lea karena yang akan membuat videonya adalah Lea (soalnya hp saya memorynya sudah kritis dan nggak bisa buat mendownload aplikasi lagi :D). Kira-kira ada sekitar 196 photo yang kami ambil pada hari itu di café La Piccola Italy Makassar.

Waktu pun menunjukkan pukul 21.00 WITA, kami pun balik ke rumah masing-masing. Sambil menunggu video yang dibuat oleh Lea, sayapun ngerepost lagi postingan yang kemarin. Kalau ditanya “kenapa sih repot-repot harus buat video? Kan bisa postingan yang kemarin aja di repost lagi dan lagi”. Jawabannya adalah karena kalau postingan saya berhasil di notice sam Kak Belva, saya takut nanti kak Belva bosan dengan postingan tersebut. Saya saja merasa bosan hahaha (disini saya mencoba menempatkan diri kalau saya di posisi dia). Tiap kali di repost, saya suka ngomong sama diri sendiri, “mmm taya postingan ini lagi? Nggak mau buat yang lain lagi biar bervariasi dan nggak flat gitu?”. Karena itu lah saya memutuskan untuk buat video, biar ada yang lain lagi yang bisa di post.

Pukul 00.30 WITA, video dengan durasi 2 menit 21 detik sudah selesai dibuat oleh lea (Thank u Lea^^). Saya pun mulai mengupload video tersebut di igs saya.  Saat lagi dalam proses untuk mengupload video ke 9 dari total 10 video. Tiba-tiba dapat notif mentionan dari Kak Belva, “Belva mentioned you in a story”, tangan gemeteran hati dagdug, firasat bahwa hari itu saya yang akan menjadi salah satu pemenangnya kemudian muncul dibenak saya, kalau tidak ngapain coba Kak Belva membuang-buang waktunya untuk ngemention saya di igsnya hahaha (siapa saya?? Hahah). Saya memutuskan untuk tidak membukanya dulu dan melanjutkan untuk mengupload video terakhir.
(Video stop motion ini jangan dibayangin yang kayak Aulion buat yahh,, hahha jauh bedaa ceunahh :D)

Setelah diuplaod saya pun membuka notifikasi itu.

“Selamat kamu adalah pemenang ke-9 @tayatumada!!! Kemarin bikin blog post, minta dukungan story teman2, dan sampai bikin video ini hari ini. Keren gigih fokus! Selamat!!!”

Firasat saya benar, rasanya pengen teriak-teriak kegirangan sambil guling-guling kasur. Tapi tidak saya lakukan, soalnya takut ngebangunin ponakan saya lagi tidur disamping saya. Waktu itu saya cuman gigit-gigit bantal, garuk-garuk kepala dan teriak dalam hati tentunya hahaha. Tanpa pikir panjang saya langsung memberitahuan kabar tersebut kepada sahabat-sahabat saya yang selama ini sudah banyak membantu saya untuk bisa memenangkan #belvadevaragiveaway. Dan mereka pun ikutan bahagia seperti yang saya rasakan. Kalau ditanya, apakah waktu itu saya bisa tidur atau tidak, jawabannya adalah tidak hahaha. Sampai pagi saya tidak bisa tidur sama sekali, nanti setelah ngantar ponakan ke sekolah dan cuci piring di dapur baru saya bisa tidur :D.

Saran saya, buat kalian yang masih berjuang di giveaway ini, coba deh buat sesuatu yang baru yang belum di post sama orang-orang, seperti yang pemenang ke 10 lakukan yaitu ngereview semua buku yang jadi hadiahnya dan membuat kaligrafi dengan nama kak Belva (ini hanya salah satu contohnya saja). Pastikan untuk selalu ngecek #nya, apakah postingan kalian yang muncul tiap kali # itu kalian klik atau tidak, jangan lupa minta bantuan teman-teman kalian biar postingan kalian makin ramai hehe. Dan yang terakhir, pastikan untuk mencari tahu waktu yang tepat untuk mempostingnya, kira-kira menurut kalian kapan Kak Belva punya waktu untuk melihat #belvadevaragiveaway? (silahkan dijawab :D), pada saat itu lah kalian baru ngepost apa yang mau kalian post :D. Semoga bermanfaat yah hehe

Terima kasih untuk semua Keluarga, kteman dan sahabat yang sudah membantu saya mempromosikan postingan saya kemarin. You are the best, love you guys^^. Dan kalian dapat salam dari Kak Belva hehe. Dan maaf banget yah kalau aja ada yang merasa kemarin-kemarin itu saya agak lumayan nyampah banget di timeline kalian heheh, sorry :D.

“Karena Suksesnya Mimpi Tergantung KONSISTENSI” 
_@BELVADEVARA_

XO
tayatumada
16.00 28 komentar
“Belva has posted something new”.

Notifikasi di hp saya berbunyi. Setelah dibuka ternyata Kak Belva (CEO ruangguru) lagi ngadain giveaway dan hadiahnyaa adalah buku motivasi pilihan dia dannnnnn di folback doiiiii ceunahhh. Tanpa pikir panjang, saya pun bertekad untuk mengikuti giveawaynya. Selama berapa hari ini saya selalu mikir, gimana yah biar postingan saya ini bisa dilirik sm Kak Belva dan kalau bisa sih jadi salah satu pemenangnya juga heheh. Terus pas lagi bantuin mama bersihin ikan di dapur, tiba-tiba ada yang bisikin hahah.

“gimana kalau kamu nulis aja tentang salah satu postingan dia yang menginspirasimu di blog habis itu kamu tinggal ngespam di igs kamuJ. Dan kalau memang g dilirik sm Belva setidaknya ada beberapa pembaca yang mampir ke blog kamu yang sudah membacanya dan mungkin saja si pembaca tersebut bakal terinspirasi, kan sharing is caring ”.
ini adalah pilihan bukunya
Dan terbitlah tulisan di bawah ini *jejengggggg hahaha (maaf ku tak bisa menemukan kalimat yang pas:D)

MIMPI

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti:
1. Sesuatu yang terlihat atau dialami dalam tidur
2. Angan-angan

Yang ingin aku bahas di postingan kali ini yaitu tentang mimpi. Mimpi yang dimaksud di sini adalah angan-angan atau khayalan atau mungkin bisa disebut dengan cita-cita. Saya pernah membaca postingan Kak Belva di Instagramnya, yang menjawab pertanyaan-pertanyaan para netijen yg budiman soal “Cara Sukses?”. 

Cara Sukses Part 1 by BelvaDevara

Cara pertama yang ditulis sm Kak Belva yaitu jangan takut untuk bermimpi besar. Mau itu mimpi gila atau mimpi yg “halu” sekali pun (mimpi “halu” yang saya maksud adalah mimpi jadi istrinya Kak Belva, nah ini 100000% halu tapi buat saya mimpi seperti itu saja sudah bisa bikin hati ini jadi bahagia hahahahah), intinya jangan pernah takut untuk bermimpi. Mimpi adalah langkah awal dan hal yang paling gampang dan menyenangkan untuk dilakukan. Kenapa menyenangkan? Buat saya ngebayangin aja klo mimpi itu nantinya akan terwujud itu rasanya membahagiakan sekali :D. Mimpi di sini adalah fondasi awal dan harus berdiri tegak keras dan kuat seperti slogan dari Semen Bosowa hehe.

Kenapa harus tegak keras dan kuat? Karena seperti sebuah bangunan kalau fondasi awalnya tidak keras dan kuat, satu kali tertiup angin semriwing, bangunan tersebut pasti akan rubuh. Begitu pula dengan mimpi, jika kita membiarkan faktor-faktor x yang ada di sekitar kita, mempengaruhi kita untuk takut bermimpi. Tentu saja kita akan diam di tempat saja dan tidak melakukan apa-apa. Apa yang bisa kita lakukan atau wujudkan jika untuk bermimpi saja kita takut?.

Kalau kalian masih takut untuk bermimpi besar saya menyarankan bagaimana kalau diawali dengan mimpi-mimpi kecil saja dulu. Seperti, bermimpi pengen ketemu dan foto bareng idola kalian, dan jika hal tersebut terwujudkan Mungkin 7 hari 7 malam kalian tidak akan berhenti memandangi foto tersebut dan bakal senyum-senyum sendiri mengingat kembali momen ketika mimpi kalian terwujud. Seperti saya, yang baru-baru ini bermimpi bisa disapa dengan Kak Belva.

Jadi waktu bulan Desember kemarin, salah satu sahabat saya yang bekerja di ruangguru berangkat ke Jakarta untu training dan liburan bareng semua staf ruangguru, sebelum berangkat saya berpesan sm Aas. “As kalau kamu ketemu Kak Belva salam yah, bilangin salam sayang dari taya hahahah”. Tiba-tiba berapa hari kemudian aku dapat mention di ig storynya Aas, waktu itu aku pikir ini cuman mentionan biasa saja seperti yang selalu kami lakukan. Tau-taunya di situ aku dapat salam dan beberapa harapan-harapan dari Kak Belva. Respon saya waktu itu, jingkrak-jingkrak kayak anak kecil yang dibeliin mainan. Buat saya itu adalah penutup akhir tahun yang sangat membahagiakan. Videonya pun ku save dan ku putar berulang-ulang kali, apa lagi pas endingnya dapat senyuman maut dari kak Belva (ooohhh pingsan :D). 

Btw thank u so much Aas sudah merekam videonya and thank u lea sudah dibantu edit videonya, walaupun endingnya lumayaaan,, mmmm oke pass :D.

Mimpi yang seperti itu saja pada saat terwujud sudah sangat membahagian sekali, bagaimana kalau mimpi besar kalian yang terwujud??.

Jika kalian sudah berani bermimpi, langkah selanjutnya yang harus kalian lakukan seperti yang di tulis oleh Kak Belva adalah, berusahaa se”gila” mungkin dan jangan pernah melakukan pelanggaran-pelanggaran sekecil apapun terhadap mimpi tersebut. Usahakan untuk terus fokus sampai mimpi kalian terwujud. Hindari hal-hal yang bisa membuat kalian gagal fokus. Ini adalah part yang paling susah, dan saya sudah sering mengalaminya, ini pun baru ku sadari setelah membaca postingan dari Kak Belva, bahwa apa yang sudah saya lakukan selama ini adalah pelanggaran-pelanggaran kecil terhadap mimpi saya. Misalnya tiap kali saya pengen apply sesuatu apakah itu pekerjaan ataupun beasiswa, hal yang sering saya lakukan adalah menunda. “nanti besok deh, masih banyak waktu kok” begitu seterusnya sampai batas waktunya hampir habis. Hal terakhir yang saya lakukan adalah SKS (Sistem Kebut Semalam) mulai dari mempersiapkan berkas membuat essay dll sbg. Tentu saja hasilnya pasti akan berbeda dengan orang yang sudah mengerjakannya dari jauh hari sebelumnya dibandingkan dengan saya yang pake SKS:D. Sampai detik ini pun saya masih berjuang dan berusah untuk tidak mengulanginya. Dan ku akui itu sangat susah ceunahh, huft.

Cara Sukses Part 2 by BelvaDevara

Jika kalian sudah berusaha se’gila’ mungkin dan tidak melakukan pelanggaran-pelanggaran yang ada, hal terakhir yang bisa kalian lakukan adalah berdoa sebanyak-banyaknya. Serahkan hasil akhirnya kepada Allah SWT. “You have done your best and Allah will do the rest” ini adalah mantra yang selalu saya ucapkan untuk diri saya sendiri tiap kali saya sudah berusaha untuk mewujudkan mimpi-mimpi saya (biar tetap waras jika mimpi saya tidak terwujud hahah) .

Ada satu kebiasaan yang selalu saya lakukan sejak 2013, yaitu menuliskan mimpi-mimpi saya di notebook. Tiap mimpi atau apapun yang saya inginkan saya pasti selalu menuliskannya dengan sangat detail di buku tersebut, dan memberikan tanda dan apresiasi kepada diri saya jika mimpi tersebut sudah terwujud. Sepeti menepuk pundak saya sendiri dan berkata “good job taya ”. Kenapa ditulis? Biar saya tidak lupa dengan segudang mimpi-mimpi tersebut dan termotivasi untuk mewujudkannya. Dan kali ini saya pun menambahkan satu mimpi baru di buku saya yaitu menjadi salah satu dari 14 pemenang di #BELVADEVARAGIVEAWAY. Wish me luck heheh


“Mimpilah dulu segila2nya, tercapai atau nggak itu urusan kedua.”
_@belvadevara_

xo
TayaTumada
19.32 31 komentar
Newer Posts
Older Posts

About me






A 29 years old girl who loves Family, Friendship, and Traveling enthusiast


Follow me

Instagram

Viewers

Labels

about myself Experience Family Fashion film giveaway Hijab Holiday LIFE Mendaki Gunung MHA MRS notes to ourselves Quotes Romusa sahabat Semeru skripsi surveyor Travel mates travelling φίλος

Blog Archive

  • ►  2020 (2)
    • ►  Juli (2)
  • ▼  2019 (6)
    • ▼  November (2)
      • Beautiful Ending at Semeru Mountain
      • A Colourful Journey at Semeru Mountain
    • ►  April (1)
      • Sebuah Perjalanan Hati di Gunung Semeru
    • ►  Januari (3)
      • Break The Limit at Semeru Mountain
      • Karena Suksesnya Mimpi Tergantung KONSISTENSI
      • #BELVADEVARAGIVEAWAY
  • ►  2018 (9)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (4)
  • ►  2013 (11)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Juni (7)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2012 (100)
    • ►  Desember (9)
    • ►  November (15)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (4)
    • ►  Juli (11)
    • ►  Juni (9)
    • ►  Mei (16)
    • ►  April (17)
    • ►  Maret (5)
    • ►  Februari (7)
    • ►  Januari (5)
  • ►  2011 (66)
    • ►  Desember (14)
    • ►  November (28)
    • ►  Oktober (9)
    • ►  September (15)

Followers

Created with by ThemeXpose